Beberapa tahun yang lalu demam band pop melayu melanda negeri ini.
Entah kenapa tiba-tiba mulai banyak bermunculan band-band karbitan
sekelas ST12 dan Kangen Band yang menurut saya tak ubahnya seperti band
kampung rendahan. Kemunculan mereka bagaikan jamur yang tumbuh dimusim
penghujan. Entah bagaimana para produser rekaman bisa merestui hingga
mengorbitkan mereka. Pada masa itu hingga sekarang tentunya, mereka
mampu meracuni pikiran dan selera musik negeri ini.
Bahkan seorang Ahmad Dhani menyuruh anak-anaknya tidak mendengarkan
lagu-lagu Indonesia dikarenakan dapat merusak kreativitas generasi muda,
terutama bagi anak-anak. Bayangkan, band sekelas Padi , Sheila On 7,
atau GiGi contohnya, mampu mereka singkirkan dari telinga anak-anak muda
hingga sampai sekarang. Namun “kekuasaan” mereka di industry musik
Indonesia tidak lama lagi akan terancam dengan kehadiran sebuah fenomena
baru, Boyband.
Diawal tahun 2011 acara-acara hiburan di TV mulai didominasi oleh
boyband-boyband baru semenjak boyband SM*SH menjadi populer. Boyband
asal Bandung yang beranggotakan Morgan Oey, Rangga Dawamoela, Rafael,
Dicky M. Prasetya, Reza Anugrah, Muhamad Ilham Fauzi dan Bisma Karisma
ini mampu mencuri perhatian music Indonesia. Walaupun sempat dikenal
Plagiat dari boyband asal korea yang mempunyai nama sama, tetapi mereka
mendulang popularitas sangat cepat. Bahkan menjadi model iklan layanan
salah satu telekomunikasi Indonesia.
Definisi boyband sendiri adalah sejenis kelompok musik pop atau R&B yang terdiri dari tiga anggota atau lebih, semuanya penyanyi laki-laki muda. Biasanya anggota boyband selain menyanyi juga menari dalam pertunjukan mereka. Mereka dibentuk oleh seorang manajer atau produser rekaman dengan cara mengadakan audisi, di mana para peserti diuji penampilannya, kemampuan menyanyinya, dan kemampuan berdansanya. Dan mereka biasanya tidak memainkan alat musik sendiri.
Tentunya kita masih ingat dengan Backstreet Boys, Westlife, N’SYNC, NKOTB dll yang merajai industri musik Amerika pada pertengahan decade 90-an. Ya, mereka adalah inspirasi bagi SM*SH ataupun boyband-boyband baru yang tidak lama lagi akan muncul.
Karena sudah tidak pernah mengikuti perkembangan musik tanah air, saya sempat heran begitu pertama kali SM*SH muncul di televisi. Mereka berani melawan arus melayuisme. Beberapa hari setelahnya saya melihat sebuah infotainment yang membahas profil boyband baru, entah apa nama grupnya (lupa). Itu membuktikan semua produser akan berlomba-lomba menciptakan boyband baru disamping band melayu yang masanya semakin habis.
Bagi sebagian orang, boyband dianggap sebagai grup yang hanya menjual tampang tanpa kemampuan suara yang bagus. Namun, dari segi daya pikat terutama kaum hawa, boyband bagaikan dewa yang harus dipuja walaupun kualitas pas-pasan asal tampang mereka lumayan. Haahah… ada-ada saja.
Tapi baguslah daripada kita harus mendengarkan band pop melayu di radio-radio maupun televisi. Kita tunggu saja, berapa lama mereka akan bertahan di negeri ini mengingat rata-rata pendengarnya mempunyai selera yang buruk tentang musik.http://dhaniarfito.wordpress.com/2011/02/28/fenomena-boyband-di-indonesia/
0 komentar:
Posting Komentar